Tuesday, April 26, 2011

Quote Sahabat Dokter Retno

‎"Dr. Retno sangat menguasai ilmunya. Dia menyimak segala perkembangan yang terjadi di sekitar, bagaimana usaha kosmetik berkembang marak di seluruh dunia dan menyadari juga bahwa dirinya mempunyai kelebihan di bidang itu. Dokter pencipta produk, tidak lazim. Luar biasa! Dan, dokter Retno memang luar biasa!" kata Dr. AB Ghifari, salah seorang rekan dokter yang memberikan konsultasi pada Dr. Retno

Sunday, April 24, 2011

Tantangan Bangsa

Temuan Retno cukup menantang, bukan hanya secara ilmiah, tetapi juga dalam perspektif kebangsaan. Bukankah dia menunjukkan, bahwa oleh karena kadar melanin kulit manusia berbeda-beda menurut kelompok ras asalnya, perawatan kulit pun harus berbeda? Tentu! Tetapi, jangan salah sangka. Retno sama sekali tidak membenarkan secara ilmiah prasangka-prasangka rasial yang purba- yaitu bahwa  manusia memang berbeda-beda secara hakiki. Perbedaan antarkelompk etnis yang dikaji oleh dia terbatas pada lapis derma tau bagian kulit yang teratas, sesuatu hal yang sangat minor di dalam struktur tubuh manusia.

Sesungguhnya penemuan Retno memang tidak menyangkut segi rasa saja, tetapi juag segi historisnya, berupa perubahan di dalam distribusi ilmu antarbangsa. Pada waktu Retno membuat terobosan ini, dunia ilmu masih cenderung dianggap sebagai monopoli dunia barat. Lazimnya terjadi proses berikut: seorang ilmuwan Barat melakukan penemuan dan temuan itu disebarluaskan ke seantero dunia sebagai kebenaran universal, yang seolah wajib oleh siapapun juga.

Situasi ini tercermin pada pertemuan-pertemuan internasional, yang makalah dan informasinya cenderung mewakili temuan dan opini orang Eropa atau Amerika saja. Bila orang-orang non-barat hadir, paling-paling wakil dari Jepang saja atau semata jadi pepsera pasif dan malahan selaku peninjau belaka. Realitas itu yang “didobrak” Retno.

Retno tidak sekedar hadir pada aneka pertemuan internasional, tetapi dengan lugas mempresentasikan makalah-makalah yang menggugat kesahihan suatu ilmu dan dominasi barat dalam dunia sains. Ketika membuktikan bahwa struktur kulit orang melayu berbeda dari struktur kulit orang Eropa dan bahwa terapi harus disesuaikan pada kenyataan itu, dia menunjukkan dengan jelas bahwa hukum yang selama ini dianggap universal tak lebih daripada suatu hukum yang bersifat lokal dan terbatas. Yang berlaku dan aman bagi orang Belanda- dan diajarkan di Indonesia-seharusnya tidka otomatis berlaku dan aman bagi orang Indonesia. Jadi, Retno turut menelanjangi “Barat-sentrisme” yang berlaku dalam ilmu dermatologi dan secara tidak langsung memaksakan dematolog-dermatolog sedunia untuk merombak dan lebih “menguniversalkan”asumsi-asumsinya.

Prestasi Retno itu terjadi pada akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an, yaitu ketika Indonesia tak lebih dari suatu backwater (wilayah terpinggirkan) di bidang ekonomi internasional. Jarang sosok dari Negara Dunia Ketiga yang berhasil tampil seperti yang dilakukan Retno. Maka, sebagai penemu relativisme rasial dan geogrofis di dalam bidang dermatologi internasional, bisa dibayangkan bahwa Retno dengan sendirinya menjadi figure panutan di Indonesia. Salah seorang tokoh wanita terpenting di zamannya.

Bila lahir di Negara maju dan di bawah langit yang kurang biru, boleh jadi kegiatan Retno terbatas pada pekerjaannya sebagai dosen, atau sebagai dokter kulit. Untungnya dia lahir dan tumbuh di daerah tropis bernama Indonesia, yang “keterbelakangan” ekonominya, bahkan urusan perawatan kulit kaum wanitanya, menantang untuk dieksplorasi. Retno tak bisa tinggal diam terhadap realitas kusam di dunia sekitarnya. Dia tak bisa berpangku tangan untuk tidak cawe-cawe dengan “membagi” ilmunya, demi “pencerahan” kaum wanita. Kesadaran inilah yang mendorongnya memberikan penyuluhan, ceramah dan menjadi penasihat di berbagai lembaga. Semangat yang sama membawanya pula tumbuh menjadi pengusaha yang penuh empati. Sang teoritisi dalam bisang dermatologi ini sekaligus bertindak sebagai praktisi, bahkan dengan cepat menajdi praktisi “produsen”kosmetik.

Pada waktu itu, tidak ada suatu merek kosmetik pun yang memperhitungkan faktor local dalam produksinua. Kosmetik yang membanjiri pasar make up cukuplah semata “berkhasiat” menutup-nutupi dan melapisi kulit ala kadarnya, boleh dikata tanpda mempertimbangkan dampaknya terhadap kulit. Parahnya lagi, kosmetik yang datang ke Indonesia kerap mengandung bahan kimia perusak atau peracun seperti merkuri dari China, Taiwan dan Thailand. Kosmetik itu dilemparkan ke pasar begitu saja. Tidak jarang pula, meski telah dinyatakan aman, kosmetik impor itu bermasalah.

Kalaupun tidak mengandung bahan beracun, dijual atas dasar asumsi bahwa perbedaan iklim dan perbedaan jenis kulit bukanlah faktor yang penting. Produk-produk yang dibuat untuk pasar Eropa dan Amerika dengan pendudukanya yang berkulit kering dan bermelanin rendah, dipasarkan begitu saja secara bebas di negeri tropis seperti Indonesia yang kaya sinar matahri dengan jenis kulit berminyak dan bermelanain tinggi. Tak mengherankan bila penggunaannya mendatangkan banyak keluhan seperti menimbulkan jerawat, noda hitam, terlihat mengilat, lengket, meleleh, warna tidak cocok dan daya serap kulti berbeda. Situasi itulah yang kemudian diperdalam secara intensif dan ditangano secara sistematis oleh Retno pada tahun-tahun itu. 

Quote Dokter Retno

"Agar tak terjebak dalam kosmetik berbahaya, pertama, kita harus merubah paradigma bahwa cantik itu harus putih. Kedua, wanita hamil harus menghindari pemutih. Ketiga, kenali produsen kosmetik anda. Keempat, cek apakah kosmetika yang kita gunakan telah mendapat izin dari BPOM dan mencantumkan customer service yang bisa dihubungi konsumen," papar dr. Retno I. Trangono SpKK-Cosmetodermatologis

Monday, April 18, 2011

Pengenalan Kosmetik, Obat dan Medicated Cosmetics

Kosmetik berasal dari kaya Yunani "kosmetikos" yang berarti ketrampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut

"Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit."

Sementara itu, obat adalah bahan, zat atau benda yang dipakai untuk diagnosa, pengobatan dan pencegahan suatu penyakit atau yang dapat mempengaruhi struktur dan faal tubuh,

Dalam definisi kosmetik di atas, yang dimaksud adalah "tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit" adalah sediaan tersebut seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Namun bila bahan kosmetik tersebut adalah bahan kimia- meskipun berasal dari alam- dan organ tubuh yang dikenai (ditempeli) adalah kulit, maka dalamhal tertentu kosmetik itu mengakibatkan reaksi-reaksi dan perubahan faal kulit tersebut. Tak ada bahan kimia yang bersifat indeferens (tidak menimbulkan efek apa-apa) jika dikenakan pada kulit (Lubowe, 1955, Kligman, 1982, Celleno, 1988). Karena itu, pada tahun 1955 Lubowe menciptakan istilah "Cosmedics" yang merupakan gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat mempengaruhi faal kulit secara positif, namun bukan obat. Pada tahun 1982 Faust mengemukakan istilah "Medicated Cosmetics".

Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis kosmetik tertentu - bukan hanya obat. Selama kosmetik tersebut tidak mengandung bahan bahaya yang secara farmakologis aktif mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri. Contoj: preparat antiketombe,, antiperspirant, deodoran, preparat untuk mempengaruhi warna kulit (untuk memutihkan atau mencoklatkan kulit), preparat antijerawat, preparat pengeriting rambut dll.

"Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup." -NewCosmeticScience, TMitsui-

Sumber: Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, dr. Retno Iswari Tranggono, SpKK-Cosmetodermatologist

Sunday, April 17, 2011

Layaknya Bunga Anggrek

Dr. Retno adalah orang Indonesia pertama yang mengusung dunia kedokteran ke dalam dunia kecantikan. Di tahun 1970, dr. Retno pun mendirikan sub-bagian Kosmetika dan Bedah Kulit FKUI, yang kini disebut Kosmeto Dermatologi. Ia mengubah paradigma, dari oenekanan kulit dan kelamin menjadi kulit dan kosmetik.Sekaligus ia membenahi kurikulum pendidikan para beautician dan menatar mereka juga melalui Konsorsium Pendidikan tata Kencatikan Kulit dan Rambut, hasil kerja sama Persatuan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (Perdoski) dan Departemen Pendidikan Luar Sekolah dan Olah Raga.

Selanjutnya, ia adalah ilmuwan yang banyak menemukan fakta baru seputar kulit. Di antaranya faktor-faktor seperti pengaruh angin, air, suhu, kelembaban udara, intensitas sinar matahari serta tipe kulit berdasarkan ras secara signifikan akan mempengaruhi kebutuhan kulit akan kosmetikanya. Hal ini yang menjadi dasar bagi kosmetika temuannya yang sangat cocok dengan karakter kulti orang Indonesia. Dr. Retno yang sempat dijuluki “Dokter Jerawat” inilah yang mendobrak dermatology barat-sentris menjadi timur-sentris.

Dengan ilmunya, dr. Retno berani mengubah kesealahan penerapan ilmu yang diterapkan dunia kedokteran kulit Indonesia yang sebelumnya mentah-mentah mengadopsi ilmu peninggalan Belanda. Dr. Retno tak sudi bila ilmu kesehatan kosmetik Indoensia mengekor pada pola kecantikan Belanda yang jelas-jelas memiliki stuktur kulit dan iklim yang berbeda dengan orang Asia, khususnya Indonesia.

Kecantikan dr.Retno terhadap kecantikan dan keindahan ini tergambar pula pada kecintaannya pad bunga, khususnya anggrek. Menyapa dan mengajak “ngobrol” bunga-bunga anggrek yang menghiasi perkarangannya merupakan kebiasaan yang selalu dilakukannya. Bunga anggrek  yang selalu membagi pesonanya kepada orang lain. Tak berlebihan, bila Retno Tranggono diibaratkan setangkai anggrek yang tak ingin layu!

Thursday, April 14, 2011

Standar pH Balanced dr. Retno

Siapa yang memperdulikan masalah pH (tingkat keasaman) kulit pada tahun 80-an? Nyaris tak ada, kecuali dr. Retno Tranggono. Kosmetik yang memiliki pH sama atau mendekati pH kulit disebut kosmetik dengan pH Balanced papar dr. Retno. Pada 1987, dr. Retno melakukan penelitian pada 400 orang Indonesia dan menemukan bahwa pH fisiologis kulit pada pria Indonesia adalah sekitar (4,63 ± 0,74) sedangkan pada wanita Indonesia (5,13 ± 0,68). Sejak itulah, standar pH kulit orang Indonesia yang ditemukan oleh dr. Retno menjadi tolok ukur untuk pembuatan kosmetik. 

Wednesday, April 13, 2011

Quote Dokter Retno

"Cantik menunjukkan sebuah pencapaian kualitas hidup yang makin baik serta sebagai pengakuan akan eksistensi diri sebagai wanita," -dr. Retno I. Tranggono, SpKK-Cosmetodermatologist

Pengabdian Untuk Bangsa

Semangat dan jiwa entrepreneur yang tak mampu dibendung oleh dr. Retno beserta suami, dr. Suharto Tranggono DSKP, SpKJ, mengambil sebuah keputusan yakni 'pensiun dini' dari pekerjaan masing-masing dan mendirikan PT. Dwi Citra Utama yang kemudian berubah nama menjadi PT. Ristra Indolab. Ristra kosmetik yang berdiri pada tahun 1983, merupakan bentuk komitmen sosial dr. Retno terhadap masyarakat Indonesia dengan misi perusahaan yang didasari oleh fakta atas ketidaktahuan masyarakat tentang kosmetik yang aman, dengan penggunaan bahan baku yang aman bagi fisiologi kulit dan tubuh serta proses pembuatan produknya yang selalu berorientasi pada keamanan dan kepuasan pelanggan. Dengan filosopi "The Science of Beauty" yang mendasari setiap pembuatan produknya. "The Science of Beauty" memiliki makna kulit cantik dan indah adalah kulit yang sehat, dengan mempertimbangkan tiga faktor penting: lingkungan alam, kulit manusia dan kosmetik itu sendiri.

Tuesday, April 12, 2011

Sang Inovator

dr. Retno tak pernah berhenti melakukan berbagai inovasi. Beliau adalah seorang dokter dan ilmuwan sekalilgus pengusaha Indonesia pertama yang berhasil memadukan ilmu kedokteran dan teknologi modern dengan kosmetik. Perpaduan ini merupakan penemuan terbesar bagi perkembangan kosmetika Indonesia. Tak heran bila dr. Retno bisa dijuluki peletak dasar ilmu kecantikan berbasis medis sekaligus pelopor kosmetika modern Indonesia. Bahkan sejak tahun 1986, dr. Retno telah mengenal skin bioengineering yakni pengukuran kondisi kulit secara non-invasive untuk mengetahui efektifitas kerja kosmetik pada kulit. Demikian seterusnya, ia selalu mengikuti perkembangan teknologi skin bioengineering dan diterapkan pada produk RISTRA. 

Quote Dokter Retno

Sukses adalah sebuah proses yang panjang. Bermimpi, memiliki idealisme, keteguhan serta tentunya dukungan dari semua pihak untuk mewujudkan impian menjadi nyata adalah warna menuju kesuksesan.” 

4 Langkah Menuju Kulit Sehat:



1.        Pembersihan dan penyegaran
        untuk mengangkat kotoran dan sisa make up, menggunakan sabun wajah yang pH seimbang, susu pembersih   dan toning lotion.

2.        Pelembaban
        untuk menjaga kelembaban kulit.

3.        Perlindungan 
        melindungi secara total dari sinar matahari (UV A & UV B)

4.        Scrubbing
\       mengangkat sel-sel kulit mati dan merangsang pembentukan sel baru.

Quote Dokter Retno

''Tidak ada istilah untuk beauty is pain. Kulit yang sehat dan cantik itu bukan didapat dengan cara instan, tetapi dengan perawatan,'' dr. Retno Iswari Tranggono, SpKK-Cosmetodermatologist